Kalau ditanya
apa impianku, saya akan menjawab jadi seorang bidan. Sejak dulu saya memang
memiliki minat di bidang kesehatan. Dalam imajinasi saya bidan itu sebuah
profesi yang mulia, membantu seorang ibu dan bayi dalam sebuah proses
persalinan, “bermain-main” dengan darah dan ari-ari, bahkan impian menjadi
bidan favorit dan tinggal disebuah desa dengan penduduk yang ramah-ramah.
Sebuah impian yang sempurna bagi saya di jaman SMA.
Tapi, Tuhan
berkata lain begitu pula dengan ridho orang tua. Gejolak dengan orang tua
ketika memilih universitas mana nantinya saya kuliah berbuntut panjang. Hingga
pada akhirnya Tuhan membawa saya ke sekolah dengan jurusan Keguruan. Hah jadi
guru? Apa saya bisa? Apa saya mampu? Kan saya nggak minat. Rasa ragu dan
setengah hati terus memenuhi pikiran saya sampai di semester empat. Pulang kerumah dengan tekad
bilang ke orang tua minta pindah jurusan, alhasil ibu bersikeras menolak dan
bapak mengembalikan semua keputusan ada di tangan saya.
Sekali lagi,
Tuhan menggerakkan hati dan pemikiran saya. Setelah berfikir baik-baik akhirnya
saya beranikan diri untuk mengutarakan keputusan saya kepada bapak ibu
“bapak..ibu… baiklah saya akan menyelesaikan sekolah keguruan ini”. Ibu lega,
begitu juga bapak lega tetapi dengan berat hati saya harus mengalihkan impian
saya membentuk sebuah mimpi-mimpi baru dengan menjadi seorang guru, nantinya.
“Jadi guru bukan
cita-citamu dari awal?” saya akan jawab memang bukan tetapi saya menikmatinya.
Karena seiring berjalannya waktu ternyata kenyataan mengajarkan saya bahwa ini
adalah jiwa saya. Berlatar belakang seorang bapak yang juga guru, dari situlah
atmosfer dan indahnya menjadi seorang guru bapak ceritakan. Bahkan perkataan
bapak “berprofesi sebagai guru atau tidak, nantinya seorang wanita akan menjadi
guru bagi anak-anaknya”. Ya, sedikit demi sedikit saya beranikan diri memupuk
semangat dan tekad untuk menjadi guru.
Sekarang?
mereka dan aktifitasnya |
Sayalah seorang
guru di sekolah dasar dengan anak didik berjumlah empat belas anak di kelas
lima. Sayalah guru yang masih honorer dengan gaji sebanyak tiga lembar ratusan
ribu. Sayalah guru yang harus menerima kenyataan bahwa saat inilah ada “oemar
bakrie” versi modern. Sayalah guru yang memiliki impian untuk bisa memberikan
apa yang saya punya kepada mereka anak didik saya.
2 murid ini juara kelas |
Ketika diantara
teman-teman saya lebih memilih menjadi seorang pegawai bank bahkan sampai
eksekutif muda dengan nominal gaji yang berlimpah, justru saya tetap memilih
dan #BeraniLebih untuk bergabung bersama
mereka, di sekolah desa dengan fasilitas buku bacaan sampai koneksi internet
yang minim. Bersama mereka berbagi dan bertukar ilmu, bersama dengan mereka
menemani perkembangannya selama di sekolah, bersama mereka yang saya yakini dan
percaya bahwa setiap tangan-tangan kecil mereka akan membawa rejeki bagi saya
dan anak yang saya kandung sekarang ini. Dan bersama mereka saya menemukan
cinta kasih yang luar biasa.
Jadi #BeraniLebih
versi saya adalah menjadi seorang guru meskipun diluaran sana banyak yang
menghormati bahkan mencela, #BeraniLebih untuk tetap bertahan dan memilih
bersama mereka sekalipun harus membagi waktu, tenaga, dan pikiran, dan
#BeraniLebih untuk tidak mengeluh dan selalu belajar bersyukur bahwa bersama
merekalah rejeki itu akan datang kepada saya. Guru, ada bersama jiwa saya dan
suami saya sampai saat ini.
Twitter : @Chei_Chei_La
Facebook : Cheila Mbem Angello
jumlah kata : 489
jumlah kata : 489
17 comments
Jadi guru atau tidak seorang perempuan pasti akan jadi guru..setidaknya untuk anak2nya.... aku suka nih dengan kalimat ini.
ReplyDeletePemerintah seharusnya menaikkan gaji guru honorer ya, semangat bu Guru, mencerdaskan murid tugas yang mulia, pahlawan yang sangat berjasa. Semoga rejeki debay,menang kontesnya yaa
ReplyDeleteSemoga menang kontesnya buk :)
ReplyDeleteTulisannya singkat, padat, dan tepat.
Luar biasa! Semoga senantiasa mendapat keberkahan ya, Bu Guru ^_^
ReplyDelete^__^ salut.
ReplyDeleteSemoga ketularan awet muda dan keceriaan dari murid muridmu kak. ^__^
Seeelamat pagi cikguuu :)
ReplyDeleteBu Guru kecil, Insya Alloh jadi ilmu bermanfaat amalan yang tak pernah putus yaa
ReplyDeletedan sampai sekarang cita2ku masih pingin ngajar lagiiii...jadi guru BK hahaha
ReplyDeletesemangat makgurcil...the best student from the best teacher :)
ReplyDeletesemangattt makgurcil...generasi muda butuh sosok diirimuuu
ReplyDeleteSemangat chel!
ReplyDeletelove your spirit
sama2 berjuang ya,,semoga selalu di berkahi..aamiin..:*
guru benar-benar profesi yang muliaaaa...semangat terus ya bugurcil...Tuhan dan semesta bersamamuuu..
ReplyDeleteGuru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa :'))
ReplyDeletebu guru kecil ini pasti disayang banget sama murid2nya. Good luck Cheila :)
ReplyDeleteChei, guru itu di gugu dan di tiru cuma orang yang memiliki "sesuatu" yang lebih yg bisa disebut guru. kamu beani memilih dan saya percaya kamu akan sukses menjalankan plihanmu
ReplyDeleteaku dulu juga pernah ngalami di posisimu, ngajar di pelosok pedesaan..bayangnkan gaji kepala sekolahnya aja 24ribu perak/bulan plus tunjangan kepsek @150rb, gimana dengan guru2 lainnya...hikks
ReplyDeleteSungguh #BeraniLebih...
ReplyDeleteJujur saya tidak punya keinginan menjadi guru maupun perawat...
Yah itu semua kan tergantung manusia itu sendiri, tapi sepertinya Ibu mungkin selain minat menjadi perawat juga ada passion di bidang keguruan...
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)