mereka |
Nak,
Malam 17an lalu mungkin di tempat
kalian digelar acara tirakatan. Ya, tirakatan menyambut HUT RI yang ke 69. Dari
rumah, ibu cukup mendengarkan lantunan sambutan dan doa setelah itu berlanjut
dengan dendangan lagu-lagu dangdut. Ramai, ramai sekali. Kembang api mengudara
dari sisi timur rumah ibu. Ah.. mereka gegap gempita menyambut esok hari dimana
Indonesia akan berumur 69 tahun kemerdekaannya.
Nak,
Malam itu ibu cukup berdiam diri di
kamar. Ibu merenung dan teringat materi sejarah di kelas lima mengenai
peristiwa Rengasdengklok. Pikiran ibu melayang ke 69 tahun yang lalu, ketika
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diculik oleh golongan muda dan dibawa ke Rengasdengklok. Mereka mendesak
dua tokoh penting itu untuk segera menyusun proklamasi kemerdekaan RI. Ibu membayangkan
betapa sulitnya keadaan saat itu dimana Ir. Soekarno dan Moh.Hatta harus dibawa
ke rumah laksamana Maeda untuk merundingkan kemerdekaan RI. Perumusan naskah
proklamasi yang tergambar dari buah pikiran para tokoh penting, sampai jahitan
tangan sang saka merah putih dari ibu Fatmawati. Keesokan harinya tepat pukul
sepuluh di jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta, Ir. Soekarno membacakan
teks proklamasi. Dan saat itulah negri ini merdeka.
Nak,
Mereka rela mengorbankan waktu, harta
benda, keluarga bahkan jiwa raga demi negri ini. Rela mati demi kemerdekaan,
tak sedikit yang gugur sebagai bunga bangsa. Jasa mereka tidaklah sedikit untuk
negri ini, tapi diantara mereka para pejuang banyak yang tersisih sebagai kaum
veteran.
Nak,
Setiap senin sering kita upacara,
berpanas-panasan dilapangan dengan waktu sekitar lebih dari tiga puluh menit. Pengibaran
bendera, mengheningkan cipta, penghormatan bendera merah putih, sampai
pembacaan pancasila. Diantara kalian pasti mengeluh “bu guru, panas” atau “bu
guru, capek”. Kalau ibu boleh menjawab, yang kalian rasakan sama dengan ibu,
panas dan capek. Tapi Nak, coba kalian ingat perjuangan para pahlawan yang
merebut kemerdekaan RI. Tak sebanding dengan berdirinya kalian di lapangan
dalam waktu beberapa menit. Bukan hal yang sia-sia, tetapi melalui upacara kami
ingin kalian mengenang para pahlawan, meneladani keberanian dan sikap rela
berkorbannya. Walaupun di tengah-tengah upacara kalian ada yang usil. Maklum…
diantara kalian masih ada yang belum paham apa itu arti dari patriotisme.
Nak,
Enak ya sekarang kita hidup di jaman
Indonesia yang sudah merdeka. Tidak lagi kita mendengar dentuman senjata, tidak
lagi kita hidup dalam bayang-bayang perang, tidak lagi kita kekurangan makanan,
kita bisa sekolah, bahkan mendapat hiburanpun terasa sangat mudah. Ya,
Indonesiamu sudah merdeka. 69 tahun. Ibarat yin –yang, keseimbangan baik dan
buruk. Meskipun dari berita di televisi masih sering kita lihat soaudara kita
yang hidup dalam keterbatasan dan hidup di daerah rawan konflik. Itulah potret
negrimu. Negri yang katanya kental dengan adat ketimuran. Gemah Ripah Loh Jinawi.
Nak,
Merdeka itu bebas, tetapi bukan bebas
yang kebablasan. Merdeka itu harus tetap memiliki tanggung jawab. Kalian bebas
menikmati apa yang negrimu ini sediakan, tetapi ingat jangan terlalu
berlebihan. Kalian bebas bersekolah, kalian bebas berpendapat tetapi yang ada
sekarang ini banyak diantara kita yang suka kebablasan berpendapat. Bermaksud kritis
tetapi yang ada memperlihatkan sisi tololnya dan sok taunya. Kalian bebas
bermimpi dan bercita-cita, tetapi tetap tegakkan dirimu dan keyakinanmu untuk
meraih mipi dan cita-citamu. Kalian bebas untuk mengisi kemerdekaan sesuai
dengan kemampuanmu. Sekecil apapun sumbanganmu untuk negri, akan tetap
memberikan ribuan arti. Kebebasan itu ada batasnya, Nak. Bebaslah untuk
melakukan hal positif, bukan hal negative.
Nak,
Hanya ini harapan ibu untuk kalian. Segerombolan
anak-anak dengan berbalut seragam putih merah. Nak, tetap tegakkan penamu untuk
mengisi kemerdekaan sekalipun sekarang kurikulum yang kita jalani terasa sangat
random. Nak, tetaplah memberi semangat untuk negri ini melalui keceriaan kalian
setiap harinya. Ibu, bukan orang orang yang pandai, tapi ibu ingin selalu
menjadi yang terbaik untuk kalian dalam mencari ilmu.
Nak,
Mari kita serukan DIRGAHAYU INDONESIA
KE 69 TAHUN. Dan mari kita rayakan semarak 17an ini dengan kanaval esok hari
ya, Nak. Ah…ini hanya sekedar cerita ibu untuk kalian. Ibu percaya, kalian
adalah generasi terhebat milik Indonesia.
Purwodadi, 19 Agustus 2014.
Sehari sebelum karnaval tingkat pelajar Kecamatan Purwodadi.
10 comments
Merdeka mbak cheillaa hidupp Guru Kecilll ^-^9
ReplyDeletehidup ibu guru kecil,,yang selalu semangat dan aktif membangun bangsa,,,
ReplyDeleteDirgahayu bangsaku, dirgahayu negeriku. Merdeka!
ReplyDeletewow, keren dan salut sama buguru satu ini...dirgahayu Indonesia :)
ReplyDeleteAku lupa sama sejarah bu guru
ReplyDeleteSuka banget bagian Merdeka itu bebas bukan kebablasan... Merdeka ibu guru :)
ReplyDeleteMembayangkan teks ini dibacakan didepan anak2, Mba. Kereen!
ReplyDeleteMerdeka buat kita semuaaa!
meriah acaranya :)
ReplyDeleteamazing picture <3
ReplyDeletelihat foto diatas jadi inget masa SD aku dulu :)
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)