69 Tahun Indonesia Merdeka

By Chela Ribut Firmawati - August 19, 2014

mereka
Nak,
Malam 17an lalu mungkin di tempat kalian digelar acara tirakatan. Ya, tirakatan menyambut HUT RI yang ke 69. Dari rumah, ibu cukup mendengarkan lantunan sambutan dan doa setelah itu berlanjut dengan dendangan lagu-lagu dangdut. Ramai, ramai sekali. Kembang api mengudara dari sisi timur rumah ibu. Ah.. mereka gegap gempita menyambut esok hari dimana Indonesia akan berumur 69 tahun kemerdekaannya.


Nak,
Malam itu ibu cukup berdiam diri di kamar. Ibu merenung dan teringat materi sejarah di kelas lima mengenai peristiwa Rengasdengklok. Pikiran ibu melayang ke 69 tahun yang lalu, ketika Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diculik oleh golongan muda  dan dibawa ke Rengasdengklok. Mereka mendesak dua tokoh penting itu untuk segera menyusun proklamasi kemerdekaan RI. Ibu membayangkan betapa sulitnya keadaan saat itu dimana Ir. Soekarno dan Moh.Hatta harus dibawa ke rumah laksamana Maeda untuk merundingkan kemerdekaan RI. Perumusan naskah proklamasi yang tergambar dari buah pikiran para tokoh penting, sampai jahitan tangan sang saka merah putih dari ibu Fatmawati. Keesokan harinya tepat pukul sepuluh di jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta, Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi. Dan saat itulah negri ini merdeka.

Nak,
Mereka rela mengorbankan waktu, harta benda, keluarga bahkan jiwa raga demi negri ini. Rela mati demi kemerdekaan, tak sedikit yang gugur sebagai bunga bangsa. Jasa mereka tidaklah sedikit untuk negri ini, tapi diantara mereka para pejuang banyak yang tersisih sebagai kaum veteran.

Nak,
Setiap senin sering kita upacara, berpanas-panasan dilapangan dengan waktu sekitar lebih dari tiga puluh menit. Pengibaran bendera, mengheningkan cipta, penghormatan bendera merah putih, sampai pembacaan pancasila. Diantara kalian pasti mengeluh “bu guru, panas” atau “bu guru, capek”. Kalau ibu boleh menjawab, yang kalian rasakan sama dengan ibu, panas dan capek. Tapi Nak, coba kalian ingat perjuangan para pahlawan yang merebut kemerdekaan RI. Tak sebanding dengan berdirinya kalian di lapangan dalam waktu beberapa menit. Bukan hal yang sia-sia, tetapi melalui upacara kami ingin kalian mengenang para pahlawan, meneladani keberanian dan sikap rela berkorbannya. Walaupun di tengah-tengah upacara kalian ada yang usil. Maklum… diantara kalian masih ada yang belum paham apa itu arti dari patriotisme.

Nak,
Enak ya sekarang kita hidup di jaman Indonesia yang sudah merdeka. Tidak lagi kita mendengar dentuman senjata, tidak lagi kita hidup dalam bayang-bayang perang, tidak lagi kita kekurangan makanan, kita bisa sekolah, bahkan mendapat hiburanpun terasa sangat mudah. Ya, Indonesiamu sudah merdeka. 69 tahun. Ibarat yin –yang, keseimbangan baik dan buruk. Meskipun dari berita di televisi masih sering kita lihat soaudara kita yang hidup dalam keterbatasan dan hidup di daerah rawan konflik. Itulah potret negrimu. Negri yang katanya kental dengan adat ketimuran. Gemah Ripah Loh Jinawi.

Nak,
Merdeka itu bebas, tetapi bukan bebas yang kebablasan. Merdeka itu harus tetap memiliki tanggung jawab. Kalian bebas menikmati apa yang negrimu ini sediakan, tetapi ingat jangan terlalu berlebihan. Kalian bebas bersekolah, kalian bebas berpendapat tetapi yang ada sekarang ini banyak diantara kita yang suka kebablasan berpendapat. Bermaksud kritis tetapi yang ada memperlihatkan sisi tololnya dan sok taunya. Kalian bebas bermimpi dan bercita-cita, tetapi tetap tegakkan dirimu dan keyakinanmu untuk meraih mipi dan cita-citamu. Kalian bebas untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuanmu. Sekecil apapun sumbanganmu untuk negri, akan tetap memberikan ribuan arti. Kebebasan itu ada batasnya, Nak. Bebaslah untuk melakukan hal positif, bukan hal negative.

Nak,
Hanya ini harapan ibu untuk kalian. Segerombolan anak-anak dengan berbalut seragam putih merah. Nak, tetap tegakkan penamu untuk mengisi kemerdekaan sekalipun sekarang kurikulum yang kita jalani terasa sangat random. Nak, tetaplah memberi semangat untuk negri ini melalui keceriaan kalian setiap harinya. Ibu, bukan orang orang yang pandai, tapi ibu ingin selalu menjadi yang terbaik untuk kalian dalam mencari ilmu.

Nak,
Mari kita serukan DIRGAHAYU INDONESIA KE 69 TAHUN. Dan mari kita rayakan semarak 17an ini dengan kanaval esok hari ya, Nak. Ah…ini hanya sekedar cerita ibu untuk kalian. Ibu percaya, kalian adalah generasi terhebat milik Indonesia.




Purwodadi, 19 Agustus 2014. 
Sehari sebelum karnaval tingkat pelajar Kecamatan Purwodadi.

  • Share:

You Might Also Like

10 comments

  1. Merdeka mbak cheillaa hidupp Guru Kecilll ^-^9

    ReplyDelete
  2. hidup ibu guru kecil,,yang selalu semangat dan aktif membangun bangsa,,,

    ReplyDelete
  3. Dirgahayu bangsaku, dirgahayu negeriku. Merdeka!

    ReplyDelete
  4. wow, keren dan salut sama buguru satu ini...dirgahayu Indonesia :)

    ReplyDelete
  5. Suka banget bagian Merdeka itu bebas bukan kebablasan... Merdeka ibu guru :)

    ReplyDelete
  6. Membayangkan teks ini dibacakan didepan anak2, Mba. Kereen!

    Merdeka buat kita semuaaa!

    ReplyDelete
  7. lihat foto diatas jadi inget masa SD aku dulu :)

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)