Ini ceritaku dengan seorang
sahabatku dari kecil. Namanya Ita, sedari kecil kita sering menghabiskan waktu
bersama entah itu bermain, belajar, dan mengaji di madrasah sore. Bahkan kita
sering disebut anak kembar. Kemana-mana berdua, baju hamper sama, sepeda sama,
rambut juga sama-sama panjang, yang membedakan aku kurang pinter dan temanku Ita
selalu jadi juara kelas. Hahaha..
Aku ingat sore itu, ketika bapak
beliin aku sepeda baru. Berwarna merah ada keranjang kecil di depan. Senang sekali
aku dapet sepeda baru, jadi deh aku pamerin sepeda baruku itu ke Ita. Mumpung
sekolah madrasah libur, aku sengaja ajak dia naik sepeda baruku. Ceritanya kita
mau bikin perjalanan menyusuri desaku ini. Dulu desaku gak seramai ini, masih
asri banget. Sungai di samping rumahku juga dulu airnya banyak, karena
keegoisan manusia kali ya sungai di samping rumahku semakin sempit.
Ah..lagi-lagi manusia tidak menyadari pentingnya keseimbangan alam.
Sore itu kami bersepeda. Tepatnya
kita saling berboncengan dengan sepeda baruku. Aku diposisi depan dan Ita ada
dibelakangku, ada botol minuman sebagai bekal kami kalau nanti kehausan.
Maklum, ibu melarangku minum es jadi kemana-mana bawa botol minuman. Sedangakan
Ita membawa mainan yang jadi kesukaan kami waktu kecil. Gelembung sabun. Ini
sih efek liat video klip anak-anak jadi pengennya naik sepeda sambil mainan
gelembung sabun. Kami menyusuri perkampungan yang padat di desa kami, melewati
jembatan yang ada pohon talok (cersen) disampingnya. Katanya jembatan itu
angker, tetapi jembatan itu jadi favorit para pemancing. Jangan ditanya lagi
kenapa alasanya, adalah banyak ikan-ikan yang menjadi penghuni sungai itu.
Sepeda melaju dengan pelan, temanku Ita
masih asyik dengan gelembung sabun dan akupun capek. Sampainya di ujug desa,
aku memutusan untuk berhenti. Istirahat dipinggir jalanan sambil meneguk air
yang sengaja aku bawa dari rumah. Pemandangan di depan kami adalah hamparan
sawah yang hijau. Semilir angin terasa sejuk, dan banyak sekali burung-burung
terbang diatas kami. Temanku Ita masih asyik dengan gelembung balon, sedangkan
aku sengaja turun ke sawah. Melihat ada sungai kecil dengan air yang jernih
akhirnya aku memutuskan untuk bermain di sungai itu. Merasakan segarnya air,
dan bermain lumpur rasanya ituuuu….seru sekali. Sayangnya temanku tidak
bersedia aku ajak turun ke sungai. Tak habis akal aku cipratin dia pakai air
disungai ituh. Hahaha.. akhirnya basah-basahan deh kita. Saking serunya, kami
tidak menyadari ada ular kecil di tepi sungai. Begitu aku lihat aku langsung
berteriak dan segera menepi, takut digigit ular. Temanku panik, aku segera
menarik tangannya agar bisa segera ke tepi. Kita ambil batu untuk mengusir ular
kecil itu, dan dengan lemparan yang bertubi-tubi kita berhasil melawan ular
kecil itu. Hore!!! Kita menang melawan ular. Hahaha…
Perjalanan kami lanjutkan, masih
dikelilingi hamparan hijau persawahan. Kami melewati jalanan yang menanjak.
Biasa kami sebut tanjakan desa Ngembak. Ini adalah perbukitan kecil yang sepi. Hanya
ada 1 atau 2 rumah warga. Karena tak kuat mengayuh kami memutuskan untuk jalan
kaki. Posisi bergantian, temanku Ita yang menuntun sepeda, aku jalan santai
sambil bermain gelembung sabun. Sepi sekali, disekitar kami ada perkebunan
pohon jati yang sangat rimbun. Lumayan singup dan begitu sampai diatas bukit
sebelah kanan kami adalah pemakaman umum, masih menanjak ke atas bukit ada
pemakaman sesepuh desa kami dan tempat pembuangan sampah akhir. Begitu kami
menyadari ada kompleks pemakaman kami langsung lari. Tanpa peduli gelembung
sabun yang tumpah, pokoknya kita harus segera jauh-jauh dari kuburan. Kata ibu
sama bapak nggak baik sore-sore main apalagi dikuburan. Nanti diikuti sama
hantu. Nah lho!!
Setelah cukup jauh dari
pemakaman, kami kembali menaiki sepeda merah itu. Kembali kami melewati
pemukiman warga dengan jalan yang cukup bikin sakit di pantat. Jalan bebatuan,
kami masih sama-sama dalam tahap belajar sepeda hasilnya adalah…. Kami terjatuh
dengan dengkul terluka, dan bagian siku tangan. Mau nangis rasanya malu, dengan
menahan rasa perih kami lanjut perjalanan. Kami berhenti di pintu irigasi air. Sengaja
bermain di aliran air yang cukup deras, kami membersihkan tangan dan kaki yang
kotor karena jatuh tadi. Begitu air terkena bagian yang luka, aduhhh rasanya
meringis-ringis kagak nahan. Perih pake banget! Hahaha… Kami duduk dengan kaki
masih berkecipakan di air. Mungkin kami terlibat obrolan yang sok dewasa diusia
kami waktu itu. “kalo nanti udah gedhe, kita main-main kayak gini nggak ya..” tiba-tiba
temanku bertanya seperti itu. Dan akupun menjawab “ya iya donk….kita kan teman”
sampai pada akhirnya kita semakin asyik terlibat dalam becandaan nggak penting
ala anak-anak. Semakin sore akhirnya kita memutuskan untuk lanjutkan
perjalanan. Pulang ke rumah!
Kembali kami melewati pemukiman
dengan jalanan yang tak cukup bersahabat. Ditengah-tengah perjalanan pulang aku
berteriak “berhenti dulu..!!!”, temanku kaget “ono opo?”. Dengan muka tanpa
bersalah akupun berkata “arep beli cilok itu sek…” hahaha…. Mengeluarkan uang 200
rupiah, aku dan temanku Ita membeli cilok dan menghabiskannya sambil bersepeda.
Tak selang berapa lama kita menemukan jalan raya, dan itu tandanya rumah kami
semakin dekat. Dan sore itu adalah perjalanan berpetualang yang seru!!
Itu perjalanan pertamaku dengan
sepeda baruku dan temanku Ita… kebersamaan kami memang semakin lama semakin
berkurang karena kesibukan kerja. Tapi, kenangan masa kecil kami sangat banyak
dan berkesan. Maka dari itu, kadang kami masih menyempatkan bersepeda bersama
kalau hari libur. Ya… itulah cara kami untuk menghiasi persahabatan kami. Sampai sekarang! Meskipun kadang sifat kekanak-kanakan sering muncul kalau kami sedang bersama.
13 comments
kenangan masa kecil yg indah ya mak, jadi inget sepedaku waktu kecil dulu..ada keranjang juga di depannya hehehe...
ReplyDeletesukses ngontesnya ya cikgu :)
kenangan yang tak terlupakan,,,masih ingat ya,,padahal udah zaman masih kecil,,sukses GA nya bu guru :)
ReplyDeletesenangnya mengenang kembali kenangan indah yg pernah ada :)
ReplyDeleteciiiiiiie sepeda baru ciiiieeee :D
ReplyDeleteita itu nama adek ku hhe...
ReplyDeletesukses GA ny bu guyu :)
aku udah lama gak naik sepeda mak
ReplyDeletesepedanya masih ada, gak? :D
ReplyDeleteAku juga ga berani maen2 dekat dg pemakaman hehehe...
ReplyDeleteSerem aja bawaannya.
pengalamannya sangat menarik
ReplyDeletesepeda pertamaku ntes dikiloke ibuku,, padahal meh tak ragati meneh lo...
ReplyDeleteSidah brhasil melawan ular. Kereen lah, ya. Hahahaha
ReplyDeleteSaya termasuk suka bersepeda.. Sayang sepedaku tinggal kenangan :(
ReplyDeleteSifak kanak-kanak kadangkala masih diperlukan ketika kita sudah dewasa. Maksudnya, tidak ada yang salah dengan itu. Semua orang punya sisi-sisi itu. Selamat menikmati hidup Bu Guru kecil. Terima kasih atas partisipasinya :)
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)