My First Journey: Aku, Temanku, dan Sepeda Baruku

By Chela Ribut Firmawati - May 05, 2014

Ini ceritaku dengan seorang sahabatku dari kecil. Namanya Ita, sedari kecil kita sering menghabiskan waktu bersama entah itu bermain, belajar, dan mengaji di madrasah sore. Bahkan kita sering disebut anak kembar. Kemana-mana berdua, baju hamper sama, sepeda sama, rambut juga sama-sama panjang, yang membedakan aku kurang pinter dan temanku Ita selalu jadi juara kelas. Hahaha..

Aku ingat sore itu, ketika bapak beliin aku sepeda baru. Berwarna merah ada keranjang kecil di depan. Senang sekali aku dapet sepeda baru, jadi deh aku pamerin sepeda baruku itu ke Ita. Mumpung sekolah madrasah libur, aku sengaja ajak dia naik sepeda baruku. Ceritanya kita mau bikin perjalanan menyusuri desaku ini. Dulu desaku gak seramai ini, masih asri banget. Sungai di samping rumahku juga dulu airnya banyak, karena keegoisan manusia kali ya sungai di samping rumahku semakin sempit. Ah..lagi-lagi manusia tidak menyadari pentingnya keseimbangan alam.

Sore itu kami bersepeda. Tepatnya kita saling berboncengan dengan sepeda baruku. Aku diposisi depan dan Ita ada dibelakangku, ada botol minuman sebagai bekal kami kalau nanti kehausan. Maklum, ibu melarangku minum es jadi kemana-mana bawa botol minuman. Sedangakan Ita membawa mainan yang jadi kesukaan kami waktu kecil. Gelembung sabun. Ini sih efek liat video klip anak-anak jadi pengennya naik sepeda sambil mainan gelembung sabun. Kami menyusuri perkampungan yang padat di desa kami, melewati jembatan yang ada pohon talok (cersen) disampingnya. Katanya jembatan itu angker, tetapi jembatan itu jadi favorit para pemancing. Jangan ditanya lagi kenapa alasanya, adalah banyak ikan-ikan yang menjadi penghuni sungai itu.

Sepeda melaju dengan pelan, temanku Ita masih asyik dengan gelembung sabun dan akupun capek. Sampainya di ujug desa, aku memutusan untuk berhenti. Istirahat dipinggir jalanan sambil meneguk air yang sengaja aku bawa dari rumah. Pemandangan di depan kami adalah hamparan sawah yang hijau. Semilir angin terasa sejuk, dan banyak sekali burung-burung terbang diatas kami. Temanku Ita masih asyik dengan gelembung balon, sedangkan aku sengaja turun ke sawah. Melihat ada sungai kecil dengan air yang jernih akhirnya aku memutuskan untuk bermain di sungai itu. Merasakan segarnya air, dan bermain lumpur rasanya ituuuu….seru sekali. Sayangnya temanku tidak bersedia aku ajak turun ke sungai. Tak habis akal aku cipratin dia pakai air disungai ituh. Hahaha.. akhirnya basah-basahan deh kita. Saking serunya, kami tidak menyadari ada ular kecil di tepi sungai. Begitu aku lihat aku langsung berteriak dan segera menepi, takut digigit ular. Temanku panik, aku segera menarik tangannya agar bisa segera ke tepi. Kita ambil batu untuk mengusir ular kecil itu, dan dengan lemparan yang bertubi-tubi kita berhasil melawan ular kecil itu. Hore!!! Kita menang melawan ular. Hahaha…

Perjalanan kami lanjutkan, masih dikelilingi hamparan hijau persawahan. Kami melewati jalanan yang menanjak. Biasa kami sebut tanjakan desa Ngembak. Ini adalah perbukitan kecil yang sepi. Hanya ada 1 atau 2 rumah warga. Karena tak kuat mengayuh kami memutuskan untuk jalan kaki. Posisi bergantian, temanku Ita yang menuntun sepeda, aku jalan santai sambil bermain gelembung sabun. Sepi sekali, disekitar kami ada perkebunan pohon jati yang sangat rimbun. Lumayan singup dan begitu sampai diatas bukit sebelah kanan kami adalah pemakaman umum, masih menanjak ke atas bukit ada pemakaman sesepuh desa kami dan tempat pembuangan sampah akhir. Begitu kami menyadari ada kompleks pemakaman kami langsung lari. Tanpa peduli gelembung sabun yang tumpah, pokoknya kita harus segera jauh-jauh dari kuburan. Kata ibu sama bapak nggak baik sore-sore main apalagi dikuburan. Nanti diikuti sama hantu. Nah lho!!

Setelah cukup jauh dari pemakaman, kami kembali menaiki sepeda merah itu. Kembali kami melewati pemukiman warga dengan jalan yang cukup bikin sakit di pantat. Jalan bebatuan, kami masih sama-sama dalam tahap belajar sepeda hasilnya adalah…. Kami terjatuh dengan dengkul terluka, dan bagian siku tangan. Mau nangis rasanya malu, dengan menahan rasa perih kami lanjut perjalanan. Kami berhenti di pintu irigasi air. Sengaja bermain di aliran air yang cukup deras, kami membersihkan tangan dan kaki yang kotor karena jatuh tadi. Begitu air terkena bagian yang luka, aduhhh rasanya meringis-ringis kagak nahan. Perih pake banget! Hahaha… Kami duduk dengan kaki masih berkecipakan di air. Mungkin kami terlibat obrolan yang sok dewasa diusia kami waktu itu. “kalo nanti udah gedhe, kita main-main kayak gini nggak ya..” tiba-tiba temanku bertanya seperti itu. Dan akupun menjawab “ya iya donk….kita kan teman” sampai pada akhirnya kita semakin asyik terlibat dalam becandaan nggak penting ala anak-anak. Semakin sore akhirnya kita memutuskan untuk lanjutkan perjalanan. Pulang ke rumah!

Kembali kami melewati pemukiman dengan jalanan yang tak cukup bersahabat. Ditengah-tengah perjalanan pulang aku berteriak “berhenti dulu..!!!”, temanku kaget “ono opo?”. Dengan muka tanpa bersalah akupun berkata “arep beli cilok itu sek…” hahaha…. Mengeluarkan uang 200 rupiah, aku dan temanku Ita membeli cilok dan menghabiskannya sambil bersepeda. Tak selang berapa lama kita menemukan jalan raya, dan itu tandanya rumah kami semakin dekat. Dan sore itu adalah perjalanan berpetualang yang seru!!

Itu perjalanan pertamaku dengan sepeda baruku dan temanku Ita… kebersamaan kami memang semakin lama semakin berkurang karena kesibukan kerja. Tapi, kenangan masa kecil kami sangat banyak dan berkesan. Maka dari itu, kadang kami masih menyempatkan bersepeda bersama kalau hari libur. Ya… itulah cara kami untuk menghiasi persahabatan kami. Sampai sekarang! Meskipun kadang sifat kekanak-kanakan sering muncul kalau kami sedang bersama. 



  • Share:

You Might Also Like

13 comments

  1. kenangan masa kecil yg indah ya mak, jadi inget sepedaku waktu kecil dulu..ada keranjang juga di depannya hehehe...
    sukses ngontesnya ya cikgu :)

    ReplyDelete
  2. kenangan yang tak terlupakan,,,masih ingat ya,,padahal udah zaman masih kecil,,sukses GA nya bu guru :)

    ReplyDelete
  3. senangnya mengenang kembali kenangan indah yg pernah ada :)

    ReplyDelete
  4. ciiiiiiie sepeda baru ciiiieeee :D

    ReplyDelete
  5. ita itu nama adek ku hhe...
    sukses GA ny bu guyu :)

    ReplyDelete
  6. aku udah lama gak naik sepeda mak

    ReplyDelete
  7. Aku juga ga berani maen2 dekat dg pemakaman hehehe...
    Serem aja bawaannya.

    ReplyDelete
  8. sepeda pertamaku ntes dikiloke ibuku,, padahal meh tak ragati meneh lo...

    ReplyDelete
  9. Sidah brhasil melawan ular. Kereen lah, ya. Hahahaha

    ReplyDelete
  10. Saya termasuk suka bersepeda.. Sayang sepedaku tinggal kenangan :(

    ReplyDelete
  11. Sifak kanak-kanak kadangkala masih diperlukan ketika kita sudah dewasa. Maksudnya, tidak ada yang salah dengan itu. Semua orang punya sisi-sisi itu. Selamat menikmati hidup Bu Guru kecil. Terima kasih atas partisipasinya :)

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)