3 Maret 2014, tepat berumur 288 Kabupaten Grobogan. Mungkin masih merasa awam dengan Grobogan. Tapi sebuah kabupaten yang dikelilingan pegunungan kapur ini memiliki sejarah dan kekayaan lokal lainnya. Memang aku sendiri masih belum paham mengenai kotaku sendiri. Ya setauku di kotaku terkenal dengan swikee kodok, selai pisang, nasi pecel Gambrengan, sayur becek khas orang punya hajatan, tempe kripik, Waduk Kedung Ombo, Bledug Kuwu, Api Abadi Mrapen, Sendang Keongan, Air terjun Widuri, Bukit Menawan, Sendang Coyo, sampai Bukit Pandang Jati Pohon. Itu semua yang ada di daerahku, apalagi kalau bukan Grobogan.
Peringatan hari jadi Grobogan sudah dimulai sejak kemarin, dimana ada pawai Boyong Grobog. Boyong artinya pindahan, memindahkan ke tempat lain sedangkan Grobog adalah meja besar yang difungsikan sebagai tempat menyimpan padi atau lebih tepatnya lumbung padi (sumber: bapak). Jika dikaitkan dengan sejarah Grobogan, dulu kala Grobog itu sebagai tempat sembunyinya pangeran Puger dari incaran Belanda ada juga yang mengatakan kalau dulu (entah siapa namanya) yang lagi pindahan atau cari daerah (jajahan) baru, mereka itu membawa bahan makanan yang disimpen di dalam grobog. Nah karena ada sebuah peristiwa entah itu apa namanya ada grobog yang ketinggalan, maka dinamakan Grobogan. Entah kenapa Grobog itu diboyong dari Grobogan menuju Purwodadi, ya karena masyarakat biar tau tentang sejarah Grobogan. Selengkapnya tentang sejarah Grobogan silahkan klik disini. Banyak cerita rakyat yang berkembang mengenai Grobogan, jadi banyak versi yang nantinya akan menjelaskan jika bertanya tentang Grobogan.
Siang tadi ada pawai seni yang diikuti 25 kontingen perwakilan di tiap kecamatan. Seru? jelas donk. Hiburan sendiri buat masyarakat Purwodadi-Grobogan. Kirab Budaya dibuka dari serombongan bapak-bapak dengan mengenakan beskap dan membawa pusaka keris. Ini bukan sembarangan pusaka, biasanya pusaka ini keluar disaat hari jadi Grobogan saja, dan itupun harus ada ritual khusus. Selain kirab pusaka ada juga pawai kesenian dengan ciri khas tiap daerah seperti Nyi Ageng Serang, Legenda Bledug Kuwu, tradisi khas Gugur Gunung, Barongan, batik Carnival dari FKIP UKSW. Jujur ini yang menarik perhatian, karena diantara serombongan kontingen yang paling menonjol dan memukau adalah kontingen FKIP UKSW. Sebagai almamater UKSW tentu bangga, di hari jadi Grobogan ada sumbangan meriah dari pihak kampus untuk Grobogan. Langsung saja yuk simak foto-foto berikut ini, cekidot!
Dimulai dari kirab Pusaka |
Pusaka-pusaka keris |
Deretan wayang kulit |
Penokohan Nyi Ageng Serang |
perlambang Api Abadi Mrapen |
Perlambang Bledug Kuwu |
Kontingen FKIP UKSW dengan carnivalnya. AWESOME!! |
Biru, perlambang air. Mewakili birunya Waduk Kedung Ombo |
Penokohan Aji Saka dalam legenda Api Abadi Mrapen |
Bambu yang dibawa itu ada apinya |
Kontingen SMK se Kab. Grobogan dengan slogan "Alasku Gundul Manukku Ucul" Sebuah keprihatinan dengan semakin berkurangnya pohon-pohon di hutan Kab. Grobogan |
Kesenian Barongan asli Kab. Grobogan |
Reog Ponorogo turut meramaikan Kirab Budaya |
Buaya Putih perlambang Prabu Dewata Cengkar, Ular naga merah perlambang Prabu Aji Saka dalam The True Legend Of Bledug Kuwu |
Gunungan, simbol hasil bumi masyarakat Grobogan. Nantinya akan dikroyok oleh masyarakat yang menyaksikan pawai |
Simbolisasi Tradisi Gugur Gunung yang sekarang sedikit demi sedikit sudah memudar |
- Semoga bisa ada pembenahan tata kota menjadi lebih bersih dan rapi. Berada di jalur silang Blora, Solo, Semarang, Pati seharusnya Grobogan mampu menjadi kota transit yang lebih memadai.
- Pembenahan dari konstruksi jalan yang "katanya" struktur tanah di Grobogan sering bergerak bisa lebih diperhatikan.
- Stop KKN jika memang itu benar-benar ada.
- Tertibkan PKL di sepanjang trotoar jalan R. Suprapto dengan membuat satu lokasi khusus sebagai "Pusat Jajanan Purwodadi". Dulu ada namanya Pujapura, tapi beralih menjadi pusat pertokoan HP.
- tertibkan pengamen dan pengemis yang semakin hari semakin banyak.
- Fungsikan lagi trotoar sebagai tempat pejalan kaki, bukan sebagai tempat berjualan.
Siapapun pemimpinnya aku berharap bisa membawa Grobogan menjadi lebih baik lagi. Menjadi sebuah kabupaten yang layak untuk dikunjungi tanpa ada embel-embel "Grobogan itu jalannya rusak" atau embel-embel "banyak karaoke++ nya". Perubahan tidak semata dari pemimpin daerah atau jajarannya, kita sebagai masyarakat mampu memberikan sumbangan kepada Kabupaten Grobogan. Jadi aku berharap jangan hanya mengkritik, tapi Doing something!!!
Dirgahayu Kabupaten Grobogan yang ke 288tahun, semakin tua banyak dicela. Semakin Bersemi sesuai dengan sloganmu. Grobogan Bersemi.
36 comments
Wah aku nggak sempat nonton, Bu Guru...
ReplyDeletesayang sekaliiiiii gak nonton
DeleteDoain besok sy yg jadi Bupatinya.
ReplyDeleteAmiiiiiiiin :D
aamiin...ntar kamu bupatinya aku jadi kepala dinas pendidikan ya,,,,,ahahaha
DeleteDirgahayu Grobogan ....Repostasenya keren Mak Guru
ReplyDeleteterimakasih mak sriiii....
Deletekemarin cuma lihat ujung kirabnya saja... :(
ReplyDeletewalahh..liat dimana mas?aku malah dari awal...hehehe
Deletedi jetis... lha gimana gak dapet ujung, wong baru bisa keluar jam4 je.. :)
Deletebtw kirab ini lebih "niat" ya daripada karnaval agustusan.
Semoga event pesta seni budaya seperti ini masih terus terpelihara dan diangkat sebagai bentuk pelestarian aset bangsa dan daerah yang sangat berharga. Dirgahayu untuk Kbaupaten Grobogan ke -288 semoga bisa memberikan suasana aman-, nayaman, dan memajukan ekonomi kerayatan di daerahnya.
ReplyDeleteSalam
terimakasih mas....semoga kedepan Grobogan bisa lebih baik lagi
Deleteaamiin..semoga bisa lebih baik lagi
Deleteuwah,seru bangetttt
ReplyDeleteseru bangettt
DeleteKok ga ikut pake kostum di kirab Mbak?
ReplyDeleteSebelumnya, aku kira nama Kabupatennya Purwodadi ibukotanya Grobogan. Jebul kulawik toh XD
ojo diwalik na...hahah
DeleteWah ada Reyog Ponorogo juga di situ. Kalau kota Ponorogo kirab pas ramai itu di saat Grebeg Suro. Kalau hari jadi ada festival reyog mini. Oya sekadar revisi ya bu guru. Yang benar itu REYOG dan bukan REOG. Tapi karena dipaksakan sebagai slogan daerah di kala bupati Markum selama beberapa dekade akhirnya sering ditulis REOG (Resik, Endah, Omber, Gembirang)
ReplyDeleteoke mas dafhy makasih untuk penjelasan tentang reyog nya :D
DeleteTontonan yg sangat menarik untuk rakyat Grobogan yg minim hiburan...
ReplyDeleteBTW, liputannya bagus lho mbak...
terimakasih mbak woro :)
DeleteBanyak perlambangnya ya Cheil ...
ReplyDeleteBagus ...
dan saya tertawa membaca poster ... alasku gundul ...manuk ku ucul ...
Salam saya
(4/3 : 2)
hahaha,,iya om temanya kan legenda lokal dan banyak lambang2nya...
Deletehehehe sindiran halus om :D
KTP ku lahirnya di Grobogan ^^
ReplyDeleteDirgahayu buat Grobogan
itu alun-alun pwdd bukan sih mak?
itu start dari alun2 mak sinta..hayiuk mudik mak tar kita kopdar :D
DeleteAku kalau denger kata Grobogan, Purwodadi kayak familiar banget. Baru ngeh, ternyata dulu punya teman yg asli sana. Tapi sekarang sudah tinggal di Semarang.
ReplyDeletesini buk deyyyy
DeleteManuku ucullll.....kemana bu guru?
ReplyDeletedicari donk :)
Deleteaku belum pernah kesana
ReplyDeletesini donk mak lid
DeleteMelu berebut gunungan gak, Mba? :D
ReplyDeleteDirgahayu buat Grobogan!.
ora melu.,.,nek gunungane isine gadget aku melu kruyukan..wakakak
DeleteTerharuuuuu.... Trnyata kabupatenku punya banyak seni budaya,, tp skg sedikit demi sedikit luntur entah kemana...
ReplyDeletekarena gak dilestarikan :D
DeleteOooh GRobogan to. Seru banget ya. DIsini hampir2 tidak pernah ada pawai budaya :(
ReplyDeletewah... keren dan rame-rame ya..
ReplyDeletebuat solusi asmara anda. silahkan datan kesini.
Ramal Cinta | www.ramalcinta.com | Mei Lian
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)