Teguran Sayang

By Chela Ribut Firmawati - February 27, 2014

Anak-anakku sekarang menjadi malaikat kecil dan penurut. Jujur, itu sangat membosankan. Akhir-akhir ini nggak ada urat nadi di leher yang kelihatan saat memarahi kenakalan mereka. Hahaha... Mungkin karena bu gurunya cengeng kali ya. Ada murid nakal dan nggak bisa diatur sampe-sampe berlinangan air mata *lebay* buat nasehatin. Kehabisan kata-kata and prinsipku no bullying in the classroom. Cukup senyum dengan jargon "Duh gusti paringono sabaaaarrrrr".


Suatu hari, mereka ditantang kepala sekolahku untuk berkomentar tentang aku. Iya aku, ibu gurunya. Emaknya paling cerewet dan galak kalo pelajaran matematika, tukang salon yang ramah dengan karet jepang kecil kalau kedapatan murid laki-laki rambutnya panjang, dokter dadakan kalau kuku mereka panjang dan kotor. Tapi, bisa juga jadi sahabat mereka, teman narsis mereka, teman belajar recorder, teman curhat mereka, bahkan sampai jadi teman belajar kelompok. 

Jujur dan apa adanya. Ibarat makanan kayak hamburger, ada pedasnya, segernya, manisnya juga, asin juga ada, ditumpuk jadi satu dan rasanyapun campur aduk. Surprize dari bu kepala sekolah itulah mungkin pertanda "teguran sayang" buatku. Dan "teguran sayang" itu datang dari mereka. Teguran khas anak-anak, memuji dan protes karena rasa cemburu. Mengidolakan dan mencela. Merekalah komentator paling jujur sedunia. Kalau biasanya banyak yang memuji dengan embel-embel "ya, biar seneng aja hatinya" kalau mereka sih enggak. Yakin deh, aku tau banget anak-anakku jujur. Tapi kadang suka bohong kalau nggak ngerjain PR. Haha..

Perhatikan foto ini...
anggap saja tulisannya ketikan komputer ya --"
Ada komentar positif, negatif, dan positif lagi. Ditulis di satu kertas, jari dan otak mereka singkron menuliskan bu guru itu blablablablablabla. Yang aku heranin, darimana mereka bisa menilai dan menuliskan tentang bu gurunya seperti itu. Padahal, jujur ya ini kalau disuruh berpendapat langsung mulut mereka seolah terkunci rapat. Dipancing seperti apapun sangat susah, lha itu mulus aja mereka tulis. Mungkin bisa jadi uneg-uneg terpendam kali ya nak. Hahaha.. 

Dan perhatikan foto ini...
komentar cabe rawit
Foto diatas, aku tau siapa pelakunya. Hahaha.. nyengir kuda bacanya. Bahkan bu kepsek sempat bilang "nih lho kalau ngajar jangan suka mainan hp ya.." dan senyum kecutpun aku berikan kepadamu ibu kepsek yang terhormat. Sempat kaget, ternyata gaya lebayku menyapa mereka sebelum pelajaran mendapat komentar pedas cabe rawit. Sapaan manis *menurutku* "selamat pagi anak-anakku yang ganteng dan cantik..." atau bahkan aku meminta mereka berkomentar "bu guru hari ini bagaimana? cantik nggak?" sebenarnya nggak penting juga pertanyaanku, tapi namanya juga artis di kelas jadi ya masih dalam taraf normal bertanya begitu. Bagiku sih, nggak tau buat yang lain. 

Sepedas cabe rawit tapi diobati dengan manisnya gula. Itu yang aku dapat dari tulisan-tulisan jujur mereka. Memarahi mereka karena berkomentar? tentu tidak lah. Justru aku berterimakasih sekali sama mereka. Mereka berkata apa adanya, mereka merasa "sudah memilikiku" di kelas, mereka merasa perhatianku tidak boleh berpaling selain ke mereka, mereka merasa bu guru yang galak itu adalah orang pintar dan penyayang, mereka merasa bu guru yang sering marah itu peri baik hati dan peduli dengan mereka, mereka merasa bu guru yang teliti ini pandai matematika padahal enggak. 

Mereka, anak-anak luar biasa. Mereka anak-anak yang penuh kebebasan ala orang desa, anak-anak petualang, beberapa dari mereka memiliki penyakit panu yang menghiasi pipinya, mereka anak-anak yang suka ingin tau hal-hal baru, beberapa dari mereka masih belum hafal perkalian, mereka.... hiburan paling murah yang saya dapatkan, guru paling mahal yang saya punya. Kejujuran, kepolosan, apa adanya, kasih sayang tulus, rasa saling menghormati adalah simbiosis mutualisme antara aku dan mereka.

Terimakasih untuk tulisan kalian dalam kertas itu. Teguran sayang itu akan selalu menjadi acuanku untuk lebih baik lagi untuk kalian. Tunggu selanjutnya, teguran sayang kenaikan kelas. Ini tentangku dan anak-anakku, indah bukan?

fyi: tulisan-tulisan itu adalah hasil mandat ibu kepsek waktu sidak di kelas, dan saat itu aku asik di kantor duduk di singgasana sambil mainan facebook!!! jadi benar-benar nggak tau.

Salam saya,


  • Share:

You Might Also Like

37 comments

  1. hahahha tiap habis diklat kita juga biasanya ada momen surat menyurat :D

    ReplyDelete
  2. wkwk ngakak baca-baca tulisan itu..
    Eh Cheil, serius sapaanmu kepada murid-murid begitu?
    "bu guru hari ini bagaimana? cantik nggak?"
    Duh Cheil, gak bisa bayangin gimana ngakaknya kalau lihat kamu ngajar dikelas.

    Teman narsis? itu percaya.. percaya banget. Habisnya dipajang di Facebook wkwk
    Ngomong-ngomong, mau dong aku diajari sama Bu Guru Cheila, pengen lihat galaknya kayak apa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. serius lah mbak....kan nek mereka suka aku jadi PD..klo enggak suka berarti ya ganti mode..wkwkwkwk

      Delete
  3. Yakin seyakin-yakinnya yang komentar cabe rawit itu juara kelasnya hihihiiii....

    ReplyDelete
  4. Xixixiix, aku ngebayangin pas saat bu Guru masuk kelas dngan sapaan khas nya. Nanti pas di acara SB, tunjukkan paduku bu, tunjukkan ya :)))

    ReplyDelete
  5. Hahaha bu Cheila suka mainan Hape kan untuk update status sama upload pootio2 kalian naaak :p

    ReplyDelete
  6. Paringono sabar ora karo melotot lho bu guru ^^

    ReplyDelete
  7. bu cheila,, ngajar anak sd itu seneng ya... bakalan awet muda, karena ketemunya yang muda2 terus... apalagi kalau bu gurunya dari sononya udah asyik bin menarik...
    hehe

    sukses ya bu guru kecil

    salam kenal ^_^

    ReplyDelete
  8. Hahaha
    Bu Gurunya Lebay??
    Udah saya bayangkan dari awal..

    ReplyDelete
  9. Semua kritik harus diletakkan di bejana emas
    Sedagkan pujian2 buang saja di tempat sampah
    Kritik iti seperti pil kina, pahit tapi menyehatkan
    Pujian itu seperti gula, manis tapi kalau kebanyakan bikin diabetes
    Keep teaching
    Salam sayang dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya dhe..bejana emas itu adalah kritikan2 bukan pujian
      terimakasih supportnya dhe :)

      Delete
  10. eyampuuun...itu suratnya pedes banget siiih...
    'merasa cantik dan lebay'...apa ituh maksudnyaaaaa...
    *belagak nanya*...hihihi...

    Mudah2an bu guru gak mainan hape di kelas lagi yaaaah...hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha...anak kritis tuh..sampai pada akhirnya dia ngaku kalau dia yang menulis :D

      Delete
  11. hahaha,, tabahno atimu bu guru,, :D
    jiaann komentare anak murid'e sampean hot-hot,,

    ReplyDelete
  12. Kwkwkwkw...anak-anak adalah mahkluk terjujur di dunia...

    Itu tuuuh yang main HP di kelas...ow, tidaaakl?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenernya bukan mainan hape sih,,,,tepatnya memanfaatkan mbah google...walaupun tab sebelah buka fb jg..wkwkwkwk

      Delete
  13. Hahah ...
    saya ingat ... saya ingat ...
    menurut saya ... terimalah ini dengan lapang dada ...
    mereka mencintai mu ... apa adanya ... (semuanya ... satu paket dengan mainan HP ituh ...)(hahaha)

    Salam saya Cheil

    (28/2 : 9)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha..iya om...dan aku mencintai mereka juga :D

      salam saya om ^_^

      Delete
  14. yang namanya komentar anak kecil pasti jujur dari hati terdalam, hehe...
    "bu guru, jangan aplod foto aku ke instagram", hahaha (anak kecilnya hi-tech) :D

    ReplyDelete
  15. hal yang sangat indah sekali adalah anak kecil berkata akan kata hatinya

    ReplyDelete
  16. sangat menyenangkan sekali bisa berkumpul dengan anak-anak

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)