Sudah kenal dengan bawang merah kan? Tenar banget kok bawang merah ini. Biasanya sering digunakan emak-emak buat bumbu dapur. Bahkan ada ceritanya juga yang sangat terkenal yaitu Bawang Merah Bawang Putih. Nah, keberadaan bawang merah ini sangat menyeruak manakala beberapa bulan kemarin mengalami lonjakan harga yang cetar membahana badai. Apapun itu bawang merah tetap tersohor dan yang pasti tetap pedih kalau pas lagi dipotong-potong. Seperti pedihnya hati manakala melihat dompet di tanggal tua. Ha..ha..ha..
Hubungannya apa sama postingan ini?
Sore tadi seperti biasa saya menjalanakan rutinitas tambahan dirumah. Ketika sedang asyik sama anak-anak, tiba-tiba datanglah seorang bapak-bapak yang sudah lumayan tua. Dengan sungkan beliau saya persilahkan masuk, terlibatlah saya dengan bapak-bapak itu.
bapak tua : " Nyuwun sewu, meniko leres dalemipun bu guru Sila?" (permisi, ini benar rumahnya bu guru Sila?)
saya : " injih leres pak, meniko sinten nggih pak?" (iya benar, bapak siapa ya?)
bapak tua : " kulo bapake Liya murid ibu. Kulo saking Demak" (Saya bapaknya Liya. Saya dari Demak)
Kemudian bapak tua tersebut mengambil sebungkus plastik besar dan menyerahkan ke saya. Dengan penuh tanda tanya sambil menerima bungkusan plastik itu sayapun bertanya.
saya : "menika nopo nggih pak?" (Ini apa pak?)
bapak tua : "menika brambang bu, panenan sekedik saking Demak. Sekalian kula titip anak wedok. Nggih nyuwun kelonggarane ibu mbok menawi Liya radi benten kalihan rencang-rencange. Pikirane radi keganggu awit sepeninggal ibune." ( ini bawang merah bu, panenan sedikit dari Demak. Sekalian saya titip anak perempuan saya. Dan minta kelonggaran sedikit dari ibu mungkin Liya sedikit berbeda dengan teman-temannya. Pikirannya agak terganggu sejak kematian ibunya)
Dan dengan senyum saya pun menjawab "inggih pak, menika sampun dados tugase kawulo bimbing anak-anak. Matur suwun sanget brambangipun mbok menawi malah ngrepotke bapak." (iya pak, sudah menjadi tanggung jawab saya membimbing anak-anak. Terima kasih bawang merahnya mungkin malah merepotkan bapak)
Kemudian bapak Liya berpamitan pulang setelah mengobrol sebentar dengan ibu.
***
Seketika itu saya merasa terharu. Bapak Liya datang bukan karena saya yang meminta. Bisa dikatakan ini rejeki buat saya, dan juga barokah buat Bapak Liya dan tentunya si anak perempuan kesayangannya. Liya merupakan anak didik saya yang memang berbeda dengan teman-temannya. Kelambatan dalam berfikir, dan disleksia ini yang mengharuskan Liya tinggal kelas saat kelas 1. Entah dia menemukan sosok seorang ibu dalam diri saya membuat Liya menjadi dekat dengan saya.
Kebaikan dari bapak Liya ini sangat tulus. Begitupun juga Liya begitu tulus dalam mengasihi teman dan gurunya. Saya tidak melihat ini merupakan sebuah sogokan/suap. Ini benar-benar tulus. Saya membuktikan perkataan dari Bu Kepala Sekolah "jika kita mengajar dan mendidik dengan cinta kasih, anak akan merasa dihargai dan dikasihi". Kejadian sore ini merupakan bukti bahwa Liya mengasihi saya sebagai ibu di sekolah dan ucapan terimakasih dari bapak Liya serta amanah untuk mendidik Liya merupakan bayaran yang sangat berharga untuk saya. Bawang merah? Simbol dari tali silaturahmi bapak Liya dengan saya dan keluarga. Oke pak, lemah teles Gusti allah sing bales.
Keisengan ibu muncul "lumayan ya dek irit uang belanja gak usah beli bawang merah" ha..ha..ha..
Dan inget pepatah jawa juga ya "wong nandur kuwi bakal ngundoh" (orang menanam itu akan memanen).
Semoga bermanfaat ya, salam saya
6 comments
Yah, ketulusan emang mahal, bahkan jauh lebih mahal dari harga brambang saat ini!
ReplyDeleteSalam kenal, Bu... ;-)
bener sekali....setidaknya dijaman yang orang katakan "edan" ini masih banyak orang yang berhati tulus :)
Deletesalam kenal juga
senang yah mbak kalau dikelilingi orang2 yang tulus
ReplyDeletetapi ya itu tadi, semua diawali dari kita sendiri
hmm.. berarti klo nanti ada ajang guru favorit, bu sila pantas terpilih nih :)
alhamdulillah...., angsal oleh2 brambang nggih bu guru.... sebuah pemberian yang luar biasa; tak sekedar berapa harganya bawang merah, tapi lebih jauh dari itu adalah bentuk perhatiannya yang luar biasa :) melu seneng aku mbacanya bu Guru...
ReplyDeleteBagaimana penilaian org lain kepada kita bisa kita lihat dari bagaimana org lain bersikap pada kita. Mbak Sila tentunya dinilai baik sebagai pengajar sehingga mendapat tanda kasih seperti itu. Nilai dari pemberian itu lbh tinggi dari nilai materinya.
ReplyDelete*lagi bayangin klo yang dateng juragan angkot*
ReplyDelete#salhafkous
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)