Siang itu...aku bertemu denganmudengan senyum kau sambut akudan mawar merah itu kau berikan padakuEntahlah,ingin rasanya aku mengadumenahanmu untuk tetap bersamakumendengarkan keluh kesahkumenjadi sahabat dikala aku ingin bercandamenjadi kekasih dikala aku merindumenjadi sosok ayah dikala aku piluKata-kata ini...bukan gombalan dari mulutkuyang biasa aku ucapkan saat berdua denganmuAku tanpamubagaikan mawar tak berduriyang layu bersama buliran air matakudan siang ituaku melihat air mata itu tulus dari hatimuyang merasakan kehilangan sosok yang kamu sayangibegitu juga akuseperti kehilangan arahyang merasa goyah ketika aku berjalan sendiridiatas rel siang itutanganmu menggenggamkudan langkahmu mengiringi langkahkumasih ada senyum diatas luka itumasih ada rindu di setiap aku memelukmuSampai kapanpunini adalah cerita indah yang telah Tuhan karuniakan untuk kitamengukir jalinan kasih bersamadan persahabatan selama lamanya
13 comments
terima kasih atas puisi yang jujur dan bagus.
ReplyDeletesaya suka
salam sayag selaku
terimakasih :)
Deletesemuanya sudah diatur sebelum kita ada,
ReplyDeletekita tinggal menjalani.
Insyaallah ikhlas :)
kita sama2 ikhlas mas :)
Deleteikhlaskan dan akan ada pengganti yang lebih baik, insyaAllah, mba. pukpuk mba cheila :)
ReplyDeleteterlepas dari itu...gaya bahasaku piye dek ila?
Deletebelum banyak pake majas ya, mba? kalo yang aku liat belum menggunakan kaidah EYD, hehe. tetap smangat! :)
DeleteNo Comment :(
ReplyDeleteCheila guru apa ?
ReplyDeleteKoq pinter bikin puisi,
mencium bau perpisahan... :|
ReplyDeleteCece kenapa???
ReplyDeleteKomen2 di atasku semacam bilang kalo ada perpisahan, tapi yg aku baca gak seperti itu dehh... Apa aku yang salah tangkap yaa?? :|
Baca puisinya, serasa ada dua roh dalam puisi ini: roh persahabatan dan roh cinta.. Mantap!
ReplyDeletetetap semangat!
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)