Melihat dan memperhatikan usia dan tahapan
perkembangan anak tentunya sangatlah dibutuhkan bagi seorang pengajar. Seperti
yang sahabat blogger saya bilang “anak-anak itu memang seperti spons, apalagi
anak kelas 2. Mereka akan menyerap sebanyak-banyaknya dari apa yang kita
ajarkan”. Secara tidak langsung kita sebagai guru adalah role mode bagi
anak-anak.
Hal ini
saya jumpai sendiri disaat saya mengajarkan konsep operasi bilangan yaitu
perkalian dan pembagian. Begitu saya menerangkan anaka-anak terlihat memahami
materi perkalian saat itu. Namun ketika saya uji dengan sebuah soal yang ada
hasil dari 2 x 1 = 3 bukan 2 x 1 = 2. Saya memaklumi itu karena saya rasa
bahasa saya terlalu sulit dipahami mereka. Sayapun teringat pesan dosen saya
Pak Yustinus masternya matematika. Beliau pernah berpesan “ anak-anak itu berpemikiran konkret, artinya mereka membutuhkan
bendanya langsung atau bantuan berupa gambar. Kalau kalian mengajar hanya
dengan tulisan atau omongan saja pasti
akan lebih mudah lupa”. Akhirnya
saya siasati untuk mengajarkan ulang konsep perkalian itu. Saya meminta salah
satu anak yang bernama Galih untuk maju ke depan kelas. Teman-teman yang lain
saya suruh untuk memperhatikan setiap anggota tubuh Galih. Disini saya
menekankan pembelajaran tematik dengan tema anggota tubuhku. Saya meminta anak untuk
menyebutkan ada berapa mata Galih, hidung, mulut, telinga, tangan,dan
seterusnya. Kemudian saya meminta Arinta untuk menemani Galih maju ke depan
kelas. Pertanyaan saya rubah “ada berapa mata mereka?” riuh mereka menjawab “empat,
bu guru” dan sayapun kembali menanyakan “darimanakah empat itu, anak-anak?”
salah seorang dari mereka menjawab “matanya arinta ada 2 dan matanya Galih ada
2. Jadi semua ada 4”.
Nah, dari
anggota tubuh galih dan Arinta itulah saya menekankan konsep perkalian yaitu
penjumlahan bilangan secara berulang. Jadi jika 2 x 1 = 2 maka mereka mengerti
karena saat itu Galih sedang berdiri sendiri jadi dengan melihat jumlah mata
Galih. Dan jika 2 x 2 = 4 maka anak akan mendapatkan konsep dari jumlah mata
Galih ditambah jumlah mata Arinta. Jadi 2 x 2 = 2 + 2 = 4.
Pernah saya
menemukan seorang anak yang bernama Tama belajar mengerjakan pembagian. Dia
membuat garis-garis yang dia sebut jiting (lidi). Begitu saya tanya “dari mana
kamu dapat cara itu nak?” dan dia menjawab “ibu ngajari saya dirumah pake
jiting bu, terus kalau di sekolah saya disuruh gambar jiting itu. Biar hitungnya
nanti gampang”. Super sekali dan sayapun menularkan ilmu anak itu kebetulan
waktu kecil bapak mengajarkan saya juga sama dengan cara ibu Tama. Alhasil sampai
kemarin pelaksanaan UKK mapel Matematika anak-anak dikelas menerapkan cara
jiting itu.
cara jiting ala Tama |
Sedikit dari saya
bahwa pertama yang harus kita ajarkan kepada anak adalah dengan memberikan
gambaran nyata dari konsep yang akan diajarkan. Menerapkan Teori Bruner dalam
konsep pembelajaran matematika adalah anak itu memiliki 3 tahapan yaitu Tahap Enaktif
dalam tahapan ini anak akan mengotak atik objek dan anak akan mengasah
keaktifannya dalam mengenali objek. Tahap Ikonik dimana suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret
atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif dan Tahap Simbolik
dimana anak sudah memaipulasi dari objek yang mereka serap dalam dua tahapan
sebelumnya.
Semoga artikel tanggapan ini bermanfaat bagi sahabat semuanya.
Artikel ini untuk menanggapi artikel BlogCamp berjudul "Cara Mengajar dan Melatih Yang Membumi" tanggal 14 Juni 2012
13 comments
InsyaAllah bisa, :-D
ReplyDeleteayooo praktek :D
Deletesalam kenal non...ikut memeriahken Jambore ya?
ReplyDeletesalam kenal mbak..iya biar meriah..nambah temen dan nambah mengasah kemampuan saja :D
DeleteSahabat tercinta,
ReplyDeleteSaya telah membaca artikel anda dengan cermat.
Artikel anda segera didaftar.
Terima kasih atas partisipasi anda.
Salam hangat dari Surabaya.
Ahhh ini asik nih ...
ReplyDeletePengalaman langsung di kelas ... di kehidupan belajar mengajar yang nyata ...
lalu dihubungkan dengan teori yang mendasarinya ...
salam saya Cheil ...
Semoga sukses di perhelatan Jambore Pak De
DeleteSalam saya lagi
ah om yang satu ini komenya selalu menyejukkan kalbu..makasih om dukungannya :D
Deletesalam hangat dan sukses selalu.. :)
ReplyDeletePas banget mbek judul Skripsiku kui bux... :D
ReplyDeletesip dul
DeleteKalo mengajar dg cara seperti itu pasti akan menyenangkan untuk anak2.. Salam kenal ya :)
ReplyDeletehalo mbak....iyah sangat menyenangkan :) samlam kenal juga :)
DeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)