Sang Pemimpi Pendidikan

By Chela Ribut Firmawati - November 18, 2010

Pendidikan itu bagi saya merupakan hal yang sangat penting. Kenapa? karena dengan pendidikan kita akan tahu bagaimana "Dunia" itu. Ya, dengan pendidikan kita bisa menjadi orang yang sekiranya dikatakan sukses. Dalam mengenyam dunia pendidikan tentu tak semulus jalanan di ibukota. Penuh liku-liku dan segenap perjuangan demi meraih mimpi. Berpegang pada kata mutiara dari sang maestro Novel Indonesia Andrea Hirata "bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpimu itu". Bisa dikatakan saya memang orang yang suka bermimpi. Tak terlalu tinggi namun dengan adanya mimpi itu, diri saya bisa termotivasi untuk mencari pendidikan samapai kapanpun. Entah itu belajar dari orang lain maupun di lingkungan kampus.


Selama kurang lebih hampir setahun ini, dalam hal pendidikan masih banyak yang harus saya evaluasi. Entah dari mana asalnya banyak sekali hal yang meurut saya unik. Dan dari hal-hal yang sudah saya alami itu, saat ini saya bisa mengatakan "saya memiliki pribadi bahkan sejuta mimpi yang unik". Kenapa begitu? Begini ulasannya...

Awal tahun 2010 saya bersama teman-teman berhasil menyelenggarakan seminar yang bertajuk Stop Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan. Ya, kenapa bertemakan seperti itu? karena dalam dunia pendidikan Indonesia sangat diwarnai dengan kekerasan terhadap anak. So, saya dan teman-teman berinisiatif menggelar acara seminar tersebut. Dan nilai plus bagi saya dan teman-teman adalah seminar tersebut dimuat dalam beberapa harian di sekitar kota. Jarang sekali acara PGSD dimuat dalam harian kota. "Sebuah apresiasi yang bagus dan perjuangan yang sangat bagus dari panitia" begitu komentar dari salah satu peserta yang ikut seminar itu. Dari itu saya belajar mengenai bagaimana bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Karena itu merupakan kepanitiaan pertama kali yang saya ikuti.

Kemudian saya melanjutkan aktifitas saya sebagai mahasiswa biasa. Hanya masih menyelesaiakan beberapa laporan. Namun saat itu saya menghadapi kendala bahwa rasa malas selalu menggelayuti saya. Ok.. ini yang dinamakan penyakit pelajar Indonesia. Malas.... lalu bagaimana cara saya untuk tidak malas? Saya meyakinkan diri saya " saya punya mimpi. Berjuta mimpi itu dalam benak saya, lalu bagaimana jika saya malas? haruskan mimpi itu terbuang sia-sia?". Memang bagi orang lain itu aneh, tapi bagi saya itu merupakan ramuan jitu untuk memerangi malas dalam diri saya.

Menjelang tengah semester atau bertepatan dengan tengah tahun saya berkecimpung dalam kegiatan Gebyar Budaya Indonesia. Lumayan sebagai panitia inti. Dengan keterlibatan saya dalam acara itu, saya belajar lagi untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Tak hanya dari suku jawa, tapi ini dari bermacam suku yag ada di Indonesia. Belajar berbagai karakter orang dan tidak semua karakteritu sama. Belajar bagaimana menyelesaikan tanggung jawab sekalipun harus mengirbankan waktu untuk tidak bertemu keluarga di Purwodadi. Ya, pengalaman baru saya dapatkan. Dan ini tentu tak dimiliki oleh sebagian teman-teman saya. Bangga? jelas lah.

Dan akhir semeter ini telah di depan mata. Saya berada pada semester 6. Cukup adikatakan sebagai angkatan tua bagi adik-adik tingkat saya. Dan dalam semester itu pula banyak diantara teman saya yang sering dibelakang saya terbilang menjatuhkan. Entah itu menjelekkan saya, mencari kelemahan saya. Saya masih berpegang teguh pada prisip saya "Hidupku bukan berdasarkan pada omongan orang. Niat saya untuk mencari ilmu. Suka atau tidak saya jika bagi saya itu benar maka akan saya lakukan". Bapaklah yang selalu memberikan wejangan untuk saya. Dan pesan dari ibu selalu saya ingat "biar ibu yang bodho tapi anak ibu harus sekolah sampai sarjana". Kejutan di akhir semester ini adalah Indeks Prestasi saya turun sekitar 0,5. Target awal untuk semester ini adalah 3,6 tapi target itu tidak saya dapatkan.

Apakah saya kecewa? jawabannya adalah YA. Karena saya merasa sudah semaksimal mungkin salam mengerjakan tugas. Bagaimana menyelesaikan tugas dan presentasi. Cukup membuat saya enggan lagi untuk memaksimalkan kuliah ini. Inilah kelemahan saya, sekali target yang saya tetapkan tidak terpenuhi saya pasti "nglokro" kalau orang jawa katakan. Atau istilah mudahnya putus asa. Karena bagi saya, ketika saya pulang ke rumah dengan membawa transkip nilai semester itu adalah sebuah kado kecil untuk orang tua. Pulang dengan membawa nilai setiap semester entah itu baik, cukup, atau mungkin kurang akan memberikan kesan tersendiri bagi orang tua. Dan senangnya ketika sebuah senyuman dan rasa bangga itu menghiasi diri Bapak dan Ibu saya.

Dan saat ini saya menjajaki semester 7 di Universitas Kristen Satya Wacana. Masih sebagai mahasiswa calon guru PGSD yang insyaallah pertengahan semester depan akan menyelesaikan study. Saat ini pula saya tengah melaksanakan kegiatan wajib sebagai bekal ketika terjun dilapangan nanti. PPL ( Program Pengalaman Lapangan) di SD Sidorejo Lor 1 Salatiga. Berangkat dengan ilmu yang pas, penampilan yang pas, nyali yang pas, dan semuanya serba pas. Melihat bagaimana respon murid-murid terhadap mahasiswa menjadikan yang tadinya saya ragu kini semakin bersemangat. Bermain dengan murid, belajar dengan murid, menjadi sahabat ketika diluar kelas. Menjadi seorang ibu ketika di dalam kelas. Menjadi panutan yang sangat mereka banggakan. Sesuai dengan yang dikatakan bapak "anak SD itu justru akan lebih percaya gurunya daripada orang tuanya. Atau gampangnya DEWA nya murid itu ya gurunya".

Dalam menjajaki semester 7 ini, beberapa kali saya mengalami beberapa kendala. Saya dikatakan sebagai penghianat manakala saya berbeda pendapat dengan keputusan teman-teman. Ini negara demokratis, beda pendapat bagi saya hal yang wajar asal kita bisa menempatkan dan bisa untuk menghargai. Ini sempat menjadikan diri saya down, tapi kembali dengan prinsip saya " menjadi BEDA itu bukan suatu masalah besar. Berani menjadi beda itu bagus asal tetap untuk menghargai yang lain". Dan solusinya adalah tetap staycool.
*****
Lalu, bagaimana dengan mimpi saya?Mimpi dan harapan di 2011? Masih dengan berjuta mimpi itu. Dimana nantinya jika saya sudah lulus kuliah saya tak ingin hanya sekedar sebagai guru yang digugu dan ditiru murid saja. Memberikan potensi yang baik bagi dunia pendidikan Indonesia itu adalah cita-cita saya. Melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi dan syukur bisa mendapatkan beasiswa luar negri adalah mimpi saya. Dan yang paling penting saat ini saya ingin segera menyelesaikan skripsi dan pulang kerumah dengan mengenakan Toga. Menanti hangatnya pelukan bapak ibu dan dengan lantang saya akan meneriakkan "Bapak, ibu...kulo sampun sarjana sakniki.....matursuwun sanget kagem pengorbanan, doa, restu bapak ibu".

2010 akan segera mengakhiri diari pendidikanku yang penuh dengan mimpi. Selamat datang 2011 dan akan ku buka lembaran baru diari pendidikanku dan cita-citaku. Mengukir rentetan mimpi dalam benakku dan dengan penuh doa, harapan, dan usaha semoga mimpi itu akan segera terwujud di 2011 nanti.




Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.

  • Share:

You Might Also Like

7 comments

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam K.U.M.A.T - Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.
    Akan dicatat sebagai peserta
    Salam hangat dari Markas Blogcamp di Surabaya

    ReplyDelete
  2. untuk guru kecil, salam hangat dari balikUdang.....e eh balikpapan.

    ReplyDelete
  3. Tugas telah mengantar saya kesini sekaligus melakukan penilaian artikel KUMAT.

    Artikelnya sudah dicatat di Buku Besar Yuri KUMAT
    Salam hangat dan sukses selalu.

    ReplyDelete
  4. selamat datang kami ucapkan buat si guru kecil
    mari bergabung di dunia pendidikan semoga menjadi bagian dari barisan GURU PEMBAWA PERUBAHAN, tentunya perubahan menjadi lebih baik.
    semoga apa yang diinginkan segera terkabul
    SALAM KENAL yach ...

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)