Cara Guru Menghadapi Siswa yang Bermasalah

By Chela Ribut Firmawati - January 29, 2010

Assalamualaikum epribadih.....
Mentari pagi kembali hadir dengan hawa dingin yang menusuk tulang.Yah, beginilah salatiga.ckckckckckck
sesuai janji saya kemarin, saya hadir lagi dengan tips yang cocok bagi guru maupun calon guru....
----hayuk...dibaca yah----



Keberhasilan seorang guru itu diukur dari sikap dan perilaku anak didiknya, seorang guru akan merasa berhasil jika anak didiknya mau untuk bekerjasama dalam proses belajar mengajar. Kerjasama itu tak lain tak bukan adalah mengerjakan tugas yang diberikan guru secara berkelompok dalam rangka proses pembelajaran. Tapi terkadang sikap anak yang misalnya pasif atau hiperaktif membuat guru ingin menyudahi kegiatan belajar mengajar.
Sebenarnya sikap dan tingkah laku anak-anak yang tidak mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses perkembangannya. Banyak anak yang bahkan harus kehilangan masa kanak-kanaknya karena orang tua yang sibuk. Sementara anak-anak lainnya dibesarkan oleh pengasuhn atau baby sister. Anak-anak itu diharuskan mandiri sebelum waktunya, akibatnya mereka mengalami stress atau bahkan depresi.

Di sekolah, guru adalah orang tua siswa. Dan tentunya guru juga harus mengerti bahwa dimanapun anak berada, baik dirumah maupun sekolah itu sebenarnya sama. Nah, ada beberapa cara bagi seorang pendidik yang bisa diterapkan ketika berhadapan dengan siswa, antara lain :
  1. Memberi penjelasan apabila ada masalah atau kejadian insidentil di kelas. Misalnya anak-anak asik ngobrol di kelas. Seorang guru boleh permisi keluar kelas sebentar untuk kemudian kembali dan mengatakan bahwa suara mereka sangat jelas terdengar sampai halaman atau ruangan lain, dan berikan penjelasan juga pada murid bahwa itu dapat mengganggu kelas lain.
  2. Berperan sebagai seorang informan. Misalnya ketika anak mencoret-coret meja, katakan bahwa tempat untuk mencoret-coret bukan meja, tapi kertas. Dan tentunya jangan merasa paling tahu di hadapan murid.
  3. Memberikan pilihan/opsi. Misalnya, setelah seorang anak selesai membuat bentuk bangunan dengan balok, dia tidak mau membereskannya. “ Bagus sekali istana yang kamu buat! Pasti kamu akan membuat istana lagi besok. Kalau begitu kamu boleh menyimpan balok-balok itu di dalam rak yang sudah disediakan atau ke dalam kotak itu”
  4. Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata. Misalnya, seorang anak tidak memulai kalimat dengan huruf besar. Katakan, “Huruf besar!” Atau setelah seorang anak membuka pintu tetapi tidak menutupnya kembali, katakan “ Pintu!”
  5. Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh. Misalnya kelas sangat gaduh, seorang guru menempelkan jari telunjuknya ke mulut.
  6. Mengungkapkan perasaan anda. Misalnya anda sedang menerangkan pelajaran, sementara anak-anak ngobrol. “ Ibu merasa sedih kalau tidak ada yang mau mendengarkan ibu guru”.
  7. Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan. Misalnya, ketika nilai anak turun. Tuliskan dalam buku tersebut "kenapa nilai matematikanya turun? belajar lebih giat lagi.". Setidaknya anak tahu apa yang dimaksud dengan tulisan dari gurunya itu.*seperti pengalaman saa waktu SD)
Nah, buat teman-teman calon guru. Perlu untuk baca ini nih.....Semoga bermanfaat yah....ciyauuuuu

  • Share:

You Might Also Like

1 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)